MAKNA (PUISI)

Saat ini aku berjalan diatas bangunan yang sedang runtuh....Berdiri diatas bangkai yang kian membusuk...hal yang biasa terjadi ketika kepala yang ada tak lagi bernafas bijaksana dan organ organ dalam kendalinya tak lagi menjalankan fungsinya...sementara mulut2 yang ada tak lagi sanggup bicara karena jahitan-jahitan malang melintang diatasnya...

Katakan bagaimana...karena ku tak tahu harus melakukan apa...namun ketahuliah wahai saudara...hati dan jiwa ini tak bisa diam saja...

Dendang melodi berdentang meniupkan kedamaiannya dalam belahan luka...mereka berkata bersabarlah...semua akan berlalu dan kau akan baik baik saja...jalani saja, maka waktu akan menampakkan wajah hikmahnya...sayup2 dalam lekukan mata yang tersembunyi dalam dada...kulihat penjajahan kebodohan yang begitu lama berkuasa...namun bagaimana bisa kita hanya diajari beradaptasi terhadap kejamnya siksa...

Luka menganga ini entah telah ada berapa tahun lamannya...semua orang melihatnya dengan nyata...namun benar mereka belum tahu bagaimana menutupnya...goresan goresan tinta ditaburkan dalam lipatan lipatan daun kering yang berserakan...selalu lebur sebelum ratusan mata membacanya...puisi dan kata dihamburkan disetiap lekukan cahaya yang mewujud dalam kedipan mata...namun tak banyak kata kecuali peremehan akan untaian impian besar didalamnya...

Kepala demi kepala berbenturan berebut harta yang menguatkan perasaan bangga...siapa pemenangnya...tak ragu mereka mengatakannya tanpa dengan melihat meski sekilas saja...perjuangan panjang meliputi segala kekurangan yang entah dari mana dulu kita menambalnya...atokah biarkan saja lantas kita berlari mencari sekoci tuk lintasi samudera sisanya...membiarkan semuanya tergeletak dan menyerahkannya pada generasi selanjutnya yang mau merubahnya...

Tangan yang mana...tangan siapa...tangan janin yang belum merobek dunia mayanya atokah tangan sang raja yang belum mempunyai kuasa...detik waktu menggugah khayalan...mungkin belang yang tertinggal ini bisa menjadi kekuatan...bukan saat ini atau tahun mendatang...maka kukecupkan mantra dan doa “bangkitlah manusia pilihan...”

0 komentar:

Posting Komentar