Pernah mendengar nama Florence Nightingale??yups…ibu keperawatan modern (kata orang barat se)…buat anda yang mahasiswa keperawatan, puarah pol-polan kalau gag tau siapa itu Florence Nightingale…jangan sampe teman-teman keperawatan sekarang Cuma hobi nyari tau cara demo efektip aja supaya RUUK cepet jebol jadi UUK…haha…(masalah yang tak kunjung habis…mulai saya masih geje pake eblek PK2 yang fotonya masih kayak anak kecil sampe sekarang yang notabene jenggot udah pada menculat kemana-mana…semoga cepat berhasil dah…)
Yak…Florence Nightingale…begitulah kita mengenalnya…wanita asal Firenze, Italia yang terbit namanya setelah berkiprah di dunia keperawatan sejak tahun 1820an…jasanya yang besar dalam merawat korban perang dunia I telah menjadikannya sosok yang diakui oleh dunia barat sebagai tokoh sekaligus perintis dunia keperawatan modern…
Nah…setahu saya…dimana-mana…yang namanya klaim tokoh perintis atau tokoh penemu mesti kebanyakan sarat dengan pro- dan kontra- ( >_< ???klaim-klaim an simplenya…). Yah sama kasusnya kayak orang “pertama” yang mendarat di bulan…orang sekarang pasti serentak jawab Neil Amstrong-lah O’on!!…padahal dalam buku sejarah dan pelajaran sejarah saya pas kelas 6 SD dulu, yang namanya orang pertama yang mendarat di bulan ya Yuri Gagarin dari Rusia bukan Neil Amstrong…dan banyak lagi…khususnya di bidang kedokteran (yah sudahlah…gag salah banyak ilmuwan yang berpendapat “sejarah itu yaa terserah penguasa system yang ada saat itu”…intermezzo..hoho).
Dalam dunia muslim, para muslim mengenal Rufaidah Al-Anshariyah sebagai sosok yang di klaim sebagai ibu keperawatan modern…Beliau adalah seorang perawat muslim pertama di dunia sekaligus perawat professional pertama di dunia. Yap!!perawat professional pertama di dunia!!how can that be??
Simak artikel singkat dari Republika yang baru sempet kebaca akhir-akhir ini…check this out…
Di Negara-negara Arab dan Timur Tengah, sosok Rufaidah lebih termahsyur dibandingkan Florence Nightingale…
Muhammad bin Ibrahim Salim dalam kitabnya Nisaa Haular, Rasul SAW mengungkapkan, rufaidah adalah seorang wanita yang berasal dari Kabilah Aslam. Ia dengan penuh kesetiaan menolong dan mengobati setiap orang yang terluka di zaman Rasullulah SAW.
Secara khusus, ia mendirikan kemah di dekat Masjid Nabawi. Di tempat itulah, ia menolong dan mengobati setiap orang yang terluka dalam Perang Khandaq, Rasullulah SAW berkata kepada para sahabat.”Bawalah dia ke tenda Rufaidah dan saya akan mengunjunginya nanti.”
Dalam kitab Al-Adab Al-Mufrad, Ibrahim Salim menyebutkan, Imam Bukhari meriwayatkan Rasullullah menjenguk Sa’ad yang terluka saat Perang Khandaq di tenda Rufaidah setiap pagi dan sore.”Rufaidah sudah memelopori pengobatan gratis,”tutur Ibrahim Salim
Dunia keperawatan islam mengukuhkan Rufaidah Al-Anshariyah (570M-632M), sebagai perawat muslim pertama di dunia. Tak Cuma itu, ia juga dinobatkan sebagai perawat pertama di dunia. Betapa tidak, Rufaidah sudah meulai berkiprah jauh sebelum Florence Nightingale-- yang diklaim di dunia barat sebagaipelopor keperawatan modern—terlahir.
Florence yang terlahir di Firenze, Italia, pada 12 Mei 1820 baru berkiprah di dunia keperawatan pada abad ke-19M. Itu artinya, Rufaidah telah merintis dunia keperawatan 12 abad lebih dulu dari Florence.
Prof Omar Hasan Kasule dalam studinya menggambarkan, Rufaidah sebagai perawat professional pertama dalam sejarah islam. Menurut Omar, sejarah menggambarkan, Rufaidah sebagai perawat teladan, baik hati dan penuh empati. “Rufaidah adalah seorang pemimpin, organisatoris, mampu memobilisasi dan memotivasi orang lain,” tutur Omar.
Rufaidah juga digambarkan memiliki pengalaman klinik yang dapat ditularkan kepada perawat lain, yang dilatih dengannya. Dia tidak hanya melaksanakan peran perawat dalam aspek klinikal semata, namun juga melaksanakan peran komunitas dan memecahkan masalah social yang dapat mengakibatkan timbulnya berbagai macam penyakit. Menurut Omar, Rufaidah adalah perawat kesehatan umum dan pekerja social yang menjadi inspirasi bagi profesi perawat di dunia islam.
Sejarah mencatat, Rufaidah kerap turun dalam peperangan bersama Rasullulah SAW seperti perang Badar, perang Uhud, perang Khandaq dan perang Khaibar. Beliau berada di garis belakang untuk membantu tentara islam yang terluka akibat perang. Rufaidah pun mendirikan Rumah Sakit lapangan, sehingga Rasullulah SAW memerintahkan korban yang terluka dirawat oleh Rufaidah.
Saat tidak terjadi perang beliau mendirikan tenda di luar Masjid Nabawi untuk merawat setiap orang yang sakit. Selain itu beliau rajin melatih dan menyebarkan ilmunya kepada meraka yang berminat untuk menjadi perawat. Beliau juga aktif dalam aktivitas social yang ada di komunitasnya. Dengan kasih dan perhatian beliau memberi perhatian kepada setiap muslim, orang miskin, anak yatim piatu dan penderita cacat mental. Rufaidah tidak hanya merawat anak yatim namun juga memberikan bekal pendidikan. Sejarah juga mencatat nama Rufaidah sebagai seorang muslimah yang berbudi luhur dan penuh empati.
Ada sebuah pengkritisan yang menarik dari kutipan artikel diatas…diceritakan dengan lugas, seolah-olah Rufaidah “dibaptis” sebagi perawat professional pertama di dunia bukan (sebagai seorang dokter/tabib muslimah) lantaran keahlian beliau dalam berbagai hal (yang tidak hanya berhubungan dengan klinik). Seperti kemampuan dalam mengorganisasi, kemampuan dalam memimpin, kemampuan dalam memobilisasi/menggerakkan orang lain hingga kemampuan menjadi seorang trainer motivasi bagi setiap pasiennya. Beliau tidak hanya “mbulet” di urusan klinik namun telah benar-benar HOLISTIK terhadap pasiennya. Beliau terasah daya Analisisnya (karena sejarah menuliskan beliau aktif dalam komunitas…seorang perawat komunitas akan selalu dipapar dengan masalah yang multidimensional dan dituntut untuk meberikan solusi yang tepat dan aplikatif), teruji strategi pemecahan masalah komunitasnya, terbukti OTORITASnya (hal ini dibuktikan dengan kemampuan dan kekuasaannya untuk mendirikan berbagai tenda perawatan pada masa perang maupun damai…zaman sekarang??gimana??RUUK aja belum jebol-jebol mau bilang beginian…) dan tinggi tingkat kepekaan sosialnya…
Semoga contoh diatas mampu menginspirasi kita, khususnya rekan seprofesi…inilah sebuah gambaran seorang ners yang “benar”…inilah gambaran sosok yang seharusnya dikejar… yang jelas ketergantungan pada system kurikulum general yang ada saat ini, tak akan membuat kita kemana-mana kecuali menjadikan kita orang yang “terstandar”, entah high standard atau malah low standard…artinya masa depan anda bergantung pada IDE sang PEMBUAT SISTEM…system dibuat oleh “orang” untuk mengatur ribuan atau bahkan ratusan ribu orang…tak akan bisa mengakomodasi diri anda yang special dan unik, kecuali anda membuat system nano sendiri untuk diri anda pribadi…singkatnya mencari dan berusaha sendiri adalah solusinya…just independen in learning, independen in improving our capabilities…not wait…neither just hoped that general system which exist can make us get what we wanted…that’s just it…karena anda tak akan tahu apakah sang pembuat system itu sungguh-sungguh peduli atau hanya asal membuat untuk menyelesaikan kewajiban tuntutan kerja …daripada mengutuk kegelapan lebih baik segera nyalakan lilin kan??…wallahulam…
Choleric Phase
IKATLAH ILMU DENGAN PENA
Penulis adalah mahasiswa NERS JIK UB 2007 yang NATO “Not Afraid Talk Optimistic”
0 komentar:
Posting Komentar