CERITA PROFESI (OK and DONGENG)

Tepat seminggu yang lalu, gua jadwal jaga OK (Operation Room) nih...otomatis...malemnya, kita disscus mati2an tentang apa dan bagaimanakah OK itu...dan sampailah pada suatu cerita yang luar biasa...

Diceritakan oleh rekan satu tim yang telah berhasil melampaui beratnya perjuangan dalam OK untuk tetap berdiri sepanjang masa sampe brewok ama kumisnya kemana-mana... berdiri, mengamati orang bengkel ngebenahin kaki-kaki orang yang patah...

Pagi itu, jadwal operasi ORIF (Open Reduction Internal Fixation) pasang plat nine hole ke femur dekstra seorang pasien yang jatuh dari pohon mangga 6-7 meter tingginya...dah jadi kebiasaan mungkin di OK, supaya suasana kerja nyaman...digaungkanlah lagu2 anak muda sepanjang ruangan...at that time, si sirkuler dah siap duduk2 sambil sms an, operator dah belagak minta ditolongin naliin baju OKnya, asisten satu dah mulai ngisi kom (sejenis mangkuk es dawet) ama povidon iodin, instrumen bergelontangan menyiapkan dan menghitung alat, para anestesi dah mulai menyentil2 jarum SAB nya (sub arachnoid block)...dah...OK oke ready...kluntang klunting jusss...oles2 dan semuanya pun berjalan...darah merah mengalir...alat bengkel pun dikeluarkan...borrr...borrr...pasang2...jrot jrot...

Saat itulah sang aktor, dokter spesialis anestesi berwajah gelap gendut tapi imut, mulai bercerita sebuah kisah...”ehem...”

“dulu itu saya pernah ditugaskan praktik di pedalaman...anesthesi masih juarang soalnya disana...”

“disana itu nilai2nya gag kayak di jawa...rodo bedo...pernah ada cerita, ada seorang pemuda...biasa, masih muda...ditinggal nikah sama pacar cinta matinya...stress dia...akhirnya pikirannya peteng...mau lompat ke jurang...pas wes siap2 lompat...ada seorang nenek tua renta yang mencegahnya...nenek itu bertanya “dik, kenapa kamu mau bunuh diri lompat ke jurang??”...pemuda menjawab, “aku gag sanggup lagi nek...pacar yang paling kucintai meninggalkanku...menikahi orang baru yang baru saja dikenalnya...aku gag bisa hidup tanpa dia...aku mau lompat saja...”...nenek bertanya, “secantik itukah dia anak muda?sampai kau korbankan nyawamu demi menyesalinya?”...pemuda menjawab, “lebih cantik daripada yang nenek bisa pikirkan...tanpa dia, aku mati saja...”...si nenek menjawab,”anak muda, kamu baru kehilangan pacar saja sudah mau bunuh diri...setidaknya kamu bisa mencari yang baru...sedang nenek...nenek mengalami masalah yang kerumitannya diluar nalarmu...tapi nenek masih mau tetap hidup...”

“Sang pemuda pun jadi penasaran...masalah yang diluar nalarnya??masalah apa itu gerangan...melihat mimik keingin tahuan si pemuda...sang nenek lalu bercerita...”wahai anak muda, aku sebenarnya adalah seorang wanita yang sangat cantik, kecantikanku mungkin melebihi kecantikan kekasihmu...umurku mungkin seperti sudah diatas 80 tahun...aku juga kelihatan renta, keriput dan bau...tapi sebenarnya aku ini masih gadis...terlalu sering aku menolak lamaran pemuda pemuda yang lebih tampan darimu...sehingga salah satu dari mereka meneluhku...aku akan kembali cantik seperti dulu jika aku bisa menikahi seorang perjaka dan dibenih i olehnya selama 3 tahun...itulah obat dari kutukan itu...tapi tiada perjaka yang percaya sehingga saat ini aku tetap begini...jikalau kamu memang ingin membuktikan kepada kekasihmu bahwa kamu bisa mendapatkan seorang wanita yang lebih cantik darinya...aku bersedia menikahimu...setelah 3 tahun kamu bisa menunjukkan padanya bahwa aku lebih berharga dibandingkan mantan kekasihmu...”

“mendengar cerita si nenek itu...hasrat balas dendamnya menyala...dia berpikir cukup lama untuk memutuskan...tapi mengingat sakit hatinya...dia merasa harus mempercayai kejujuran dari si nenek...selain itu, toh meski telah renta...kulit si nenek juga terlihat masih indah...keriput bergelambir tapi bewarna kuning langsat...si pemuda pun lantas percaya...dan bersedia menikahi sang nenek...”

“pernikahan lantas digelar...tak banyak halangan karena mereka menikah tanpa banyak mengundang tamu...tiada halangan ini menjdikannya semakin yakin kalau ini adalah takdirnya...layaknya suami istri...mereka melakukan proses “itu” (glodak glodak gedebuk gedebuk....pyar klontang klontang...(suarane??brutallll....sensor!!peace)...malam pertamanya...malam keduanya...dan seterusnya hingga berhari-hari terlampaui...bagaikan neraka sang pemuda berjuang memenuhi tanggung jawab biologis istrinya...bulan berganti bulan...tahun berganti tahun...tiap detik sang pemuda mencoba bersabar dan mengingat hari pembalasan dendam pada sang mantan...tiap melihat kamar...hatinya gundah...keringat dingin pun bercucuran...seolah sedang mengalami shock hipoglikemi gara2 salah suntik dosis actrapid (insulin short acting) oleh mahasiswa PSIK Brawijaya...”

“Hingga datanglah tahun terakhir...yaitu tahun ketiga...endorphinenya seolah memancar keluar seperti pompa air...sampe sampe dia ingin melompat bahagia...inilah saatnya!!!...malam harinya setelah menunaikan “kewajiban militer”nya dengan sang istri...dia bertanya “nek, ini sudah malam terakhir tahun ketiga...kenapa kamu belum juga berubah menjadi secantik kisahmu...apakah kutukanmu belum sirna??aku ingin segera melihat wujudmu yang sebenarnya...”

“si nenek lalu menoleh dan menjawab...anak muda “berapakah umurmu sekarang?”

“23 tahun nek...”

Nenek lalu menimpali...”aannaaak muda...aannaaak muda...sudah umur 23 tahun kok MASIH PERCAYA DONGENG!!”

Anak muda, “......”

Cerita pak dokter anethesi itu jelas bikin TIM operasi ngakak sampe berhenti nge-hecting (jahit) tendon (bagian otot) bekas sayatan 20 cmnya...haghag...

OK itu...gag setegang dalam tipi kawan...so enjoy it...haha...sampe jumoa di cerita selanjutnya... :D

(TULISAN INI DIPERSEMBAHKAN UNTUK TEMAN2 SEPROFESI...”DALAM GELAP ADA GELAK TAWA KAWAN”...ASAL KALIAN MAU MENCERITAKANNYA...)

0 komentar:

Posting Komentar