REFLEKSI

“Perubahan yang didasari oleh kebencian dan nafsu angkara tak akan membawa kemana mana kecuali kehancuran yang lebih besar dalam bentuk yang berbeda dengan sedikit kepuasan yang tak sebanding maknanya...”

Belajar dari sebuah kisah dalam pewayangan jawa...(ehem...)

Dikisahkan, terlahirlah 3 dewa (supreme God) dari sebuah telur milik dewanya para dewa (the most supreme)...kulitnya menjadi dewa pertama...putih telurnya menjadi dewa kedua...dan kuning telurnya menjadi dewa ketiga...

Ketiganya bersaudara...ada kakak dan ada adik...mereka dibesarkan untuk dipersiapkan menjadi seorang dewanya para dewa...suatu ketika sang ayah...dewanya para dewa saat itu...hendak meninggalkan dunia yang diperintahnya selamanya...maka tahulah ketiga anaknya...sang kakak (dari kulit telur) merasa, I AM!! the best ONE...thats why, I AM!! the suitable one to replace the FATHER...begitu juga si kakak putih telur...”I AM...the most superior being blablabla”...akhirnya kedua kakak ini berdebat tentang siapa yang paling berhak meenggantikan ayahnya...menjadi dewanya para dewa...berbagai macam argumentasi mereka lontarkan...saling memuji diri sendiri...dan berhiaskan kata I AM (english), ore (harsh japan), nan nun (korea), Ana (arabian), kulo, AKU...

Karena perdebatan tak membuktikan apapun di antara mereka...akhirnya mereka pun beruji tanding...barang siapa bisa menelan gunung lalu memuntahkannya kembali dalam bentuk yang utuh...maka dialah pemenangnya...dialah yang berhak atas tahta dewanya para dewa...

Perlombaan pun dimulai...sang dewa kulit telur memulai terlebih dulu...dia memilih gunung yang luar biasa dan layak untuk dijadikan obyek kompetisi...lantas di bukalah mulutnya lebar lebar untuk menelan gunung itu dalam sekali lahap...namun sayang, gunung itu masih cukup besar untuk dia lahap...sadar akan hal ini, sang kulit telur pun akhirnya memaksakan untuk membuka mulutnya jauh lebih lebar lagi...hingga dia merasakan bibirnya robek, melebar ke kanan dan kiri...walhasil dia tak mampu lagi melanjutkan perlombaan...

Belajar dari pengalaman si kulit telur...si putih telur kemudian menggunakan methode yang berbeda...alih alih membuka mulut lebar lebar...si putih telur mecubit sedikit demi sedikit gunung besar tadi lantas memakannya sampai habis...persaratan pertama pun tercapai...menelan gunung!!...namun persaratan kedua??...mengembalikan gunung utuh sebagaimana sebelumnya...tak mampu dia selesaikan...lha nelennya aja dikit dikit...dah jadi remah2 dalam perut tu gunung!!...si putih telur pun akhirnya kebingungan...sementara besarnya gunung bikin perutnya menggembung gedhe...

berbeda dengan kedua kakaknya, si kuning telur tak habis pikir dengan kelakuan mereka...dia merasa hanya anak ketiga, jadi tak ingin berebut tahta...dia hanya diam melihat dari kejauhan...hingga kemudian hal ini diketahui oleh the most supreme god...ayah mereka bertiga...tentu saja ini membuat dia murka...maka diturunkanlah si kulit telur dan putih telur ini ke bumi...dengan kutukan bahwa selamanya mereka akan hidup sebagai pembantu...sebagai rewangnya para ksatria...tahta pun lantas diserahkan kepada si kuning telur...

Dalam kisah pewayangan, si gendut lantas dinamakan SEMAR dan si mulut robek dinamakan TOGOG...(wayaangg meeennn...)

My brother and my sister...sebesar apapun “mulut kita”...akan ada saatnya dia robek akibat ambisi yang dialandasi kesombongan kita...

My brother and my sister...secerdas apapun otak kita dalam bersiasat...akan ada saatnya kita terhantam oleh akibat perbuatan kita sendiri yang diperjuangkan atas nama keangkuhan...hingga tak lagi tahu bagaimana memuntahkan “gunung” yang terlanjur kita telan...

My brother and sister...menjadi the best dengan mendahulukan nafsu bisa jadi mengantarkan kita dari anak dewa tertinggi menjadi pembantu manusia...

Ambisi yang besar layaknya air dalam bendungan...sangat powerful namun juga berdaya rusak massive...bila dibiarkan liar bercampur keangkuhan dan angkara...maka perubahan seperti apa yang diharapkan melaluinya?butuh maintenance and management yang benar didalamnya... semoga saya, anda dan semuanya mampu menjadi lebih baik dan mengartikan tantangan kedepan sebagai medan perjuangan dengan prinsip kebaikan...menjaga api perjuangan tetap menyala tanpa membakar lentera yang melindunginya tetap menyala...(inspired story by roomate senior...)

0 komentar:

Posting Komentar